Monday, October 29, 2012

Celoteh Ndul


Pernah kepikiran ngga misalnya lo bikin martabak tapi lo namain sendiri jadi pizza dengan alesan supaya kedengeran lebih gaul? 
Atau ngga ngasih nama Iced Frappuchino ke minuman berwarna coklat yang lo buat, padahal sebenarnya adalah jamu rapet wangi?

Ini yang terjadi kepada gue. Hidup gue. Dan, ini bersifat permanen.


Kenalin, nama gue Rama.

Nama lengkap, Rama Purboseno Setya Adi Pamungkas.

Nama panggilannya, Ndul.
Ndul..
N-D-U-L

See? Betapa nistanya nama panggilan gue.
Gue ngga sanggup menerima kenyataan nama asli gue yang udah seperti nama tokoh-tokoh pewayangan, Rama Purboseno bla..bla..bla.. Kemudian dirangkum menjadi hanya satu kata: NDUL. Bukannya kedengeran makin gaul, malah menjatuhkan harga diri gue yang udah didiskon sebelumnya.

Coba tolong sebutkan di belahan nama gue yang mana terdapat unsur nama-nista-sepanjang-abad (baca: Ndul) itu?

...

Terlahir sebagai laki-laki jantan separuh kambing membuat gue bersyukur, karena selain punya jenggot mirip kambing, gue juga bisa cuman makan rumput di halaman kostan kalau udah tanggal tua.
Mbeee...

Penampilan gue boleh disejajarkan dengan boyband Super Junior. Necis, rapih, (kadang) wangi, dsb.
Untuk urusan wajah masih sebanding dengan Coboi Junior, tetap imut di umur yang sudah berkepala dua.

Pekerjaan? Well, pekerjaan..
Pekerjaan gue ya?
Mmm..
Yakin mau tau?
Ehehehe..
Apa aja sih gue kerjain selama menghasilkan uang memanfaatkan kemampuan berbicara yang baik dan keterampilan tangan gue.

Hobi?
Tidur di waktu senggang, menggali lubang hidung (baca: ngupil), makan mie instan, dan.. tidur.


Hidup itu sudah susah, jangan ditambah susah, apalagi nyusahin orang. Oleh karena itu gue memutuskan merantau sendiri ke kota Bandung lima tahun lalu. Hal ini cukup membuat gue menjadi orang yang tidak bergantung pada orang lain, tidur sendiri, mandi sendiri, ke toilet sendiri, serba mandiri.

Menurut gue nasib seorang anak kost itu seperti secangkir kopi. Tanggal muda diibaratkan dengan lapisan air kopi paling atas: manis, harum, makan masih sanggup di KFC setiap hari, naik taxi sekali-kali boleh lah.
Tanggal tua diibaratkan dengan lapisan air kopi bagian bawah: pahit tiada dua, keruh, penuh dengan ampas, derita yang penuh nestapa karena mengharapkan tanggal muda, makan hanya sanggup satu bungkus mie instan setiap hari. Itupun masih disisakan untuk makan besoknya. Kadang naik damri, jalan kaki, atau kepaksa tidur di selokan gara-gara kecapean abis kerja dan ngga punya ongkos balik.

Keadaan yang jauh dari pengawasan orang tua membuat gue bisa melakukan apa saja sesuai kehendak hati sendiri. Gue bisa pulang selarut mungkin, seharian ngga mandi juga ngga masalah, kalau lagi iseng gue bisa nyuntik bareng temen-temen atau sendirian. Bukan nyuntik tinta printer ke cartridge-nya ya -.- Sssstttt.. Meskipun terbiasa nyuntik, tapi gue takut darah loh (ciyus!).

Hidup itu indah, men!
Ngga kayak dulu ketika gue masih tinggal bareng orang tua, bangun harus pagi, beres-beres rumah, ke gereja setiap minggu, ini itu lah. Hahhhhh! Ribet banyak aturan.

Suatu ketika gue bertemu dengan seorang cewe polos di salah satu rumah sakit yang sering gue kunjungi untuk bekerja. Hampir setiap hari dia ngejagain keponakannya, Bintang, yang dirawat karena leukimia. Mangsa baru sih.
Ngga cantik.
Ngga kayak model.
Ngga punya berat badan dibawah atau setara dengan 50kg.
Ngga jago ber-make up seperti cici-cici yang shopping di PVJ setiap malem minggu.
Tapi mangsa gue yang satu ini menarik. Dia membuat gue betah menghabiskan waktu untuk sekedar bertatap muka dan bercanda di sela waktu kerja gue.


Mmmmm..

"Kenapa harus dia?" <-- Kalau punya pikiran seperti ini ketika lo tau siapa orangnya, jawabannya ngga akan bisa ditemuin sama orang-orang semacam lo. Gue cuman punya satu kata yang menggambarkan cewe ini: sederhana. Dan itu yang membuat dia istimewa.

Sederhana..

Melalui kesederhanaan cewe ini dan mengenal keponakannya yang sakit leukimia, gue berhasil menemukan jalan yang selama ini ternyata gue abaikan. Jalan yang selama ini ada, tapi ngga mau gue liat demi memilih jalan lain, yang salah.

2 comments:

  1. ndul....ndul...walau hidup u itu merana, semerana nama panggilan u,tapi kalau tidak ada u hidup ini hambar..dan gadis itu pun perlu seorang ndul untuk....


    ttd


    suli

    ReplyDelete
  2. Ndul itu bukan tokoh central dalam film ini, tapi kehadiran kamu pasti dinantikan.. ga pernah bosen liat Ndul dalam setiap scene, ga pernah sama, selalu ada gebrakan...

    "Ndul made my day" kata para kameramen dan sutradara.. hahaha..

    Mendesain Ndul itu, 'sesuatu' banget.

    ReplyDelete